Kamis, 14 Juli 2011

Cara Mandi Junub Yang Benar

Cara Mandi Junub Yang Benar


Mandi junub itu ialah mandi yang diwajibkan oleh agama Islam atas orang-orang mukalaf dari kalangan pria maupun wanita untuk membersihkan diri dari hadats besar. Dan menurut aturan Syari’at Islamiyah, mandi junub itu dinamakan mandi wajib dengan mengalirkan air ke seluruh bagian tubuh. Mandi junub ini adalah termasuk dari perkara syarat sahnya shalat kita, sehingga bila kita tidak mengerjakannya dengan cara yang benar maka mandi junub kita itu tidak dianggap sah sehingga kita masih belum lepas dari hadats besar. Akibatnya shalat kita dianggap tidak sah bila kita menunaikannya dalam keadaan belum bersih dari hadats besar dan kecil. Sedangkan mandi junub yang benar itu ialah mandi junub yang dilakukan dengan mengamalkan car-cara mandi junub yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam.
Beberapa keadaan yang diwajibkan untuk mandi junub :
Ada beberapa keadaan yang menyebabkan dia dianggap dalam keadaan berhadat besar sehingga diwajibkan dia untuk melepaskan diri darinya dengan mandi junub. Beberapa keadaan itu adalah sebagai berikut :
1. Keluarnya mani, apakah karena syahwat atau karena sebab yang lainnya. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dalam sabda beliau sebagai berikut :
(tulis haditsnya di Syarah Shahih Muslim An Nawawi juz 4 hal. 30 hadits ke 81)
Dari Abi Sa’id Al Khudri dari Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, bahwa beliau bersabda : “Hanyalah air itu (yakni mandi) adalah karena air pula (yakni karena keluar air mani”. HR. Muslim dalam Shahihnya.
Dalam menerangkan hadits ini Al Imam Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi menyatakan : “Dan Ma’nanya ialah : Tidak wajib mandi dengan air, kecuali bila telah keluarnya air yang kental, yaitu mani”.
2. Berhubungan seks, baik keluar mani atau tidak keluar mani. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dalam sabdanya sebagai berikut :
(tulis haditsnya di Fathul Bari Ibni Hajar jilid 1 hal. 395 hadits ke 291)
Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi sallallahu alaihi waalihi wasallam, bahwa beliau bersabda : “Apabila seorang pria telah duduk diantara empat bagian tubuh permpuan (yakni berhubungan seks) kemudian dia bersungguh-sungguh padanya (yakni memasukkan kemaluannya pada kemaluan perempuan itu), maka sungguh dia telah wajib mandi karenanya”. HR. Bukhari dalam Shahihnya.
3. Berhentinya haid dan nifas (Masalah ini akan dibahas insyaallah dalam rubrik kewanitaan).
4. Mati dalam keadaan Muslim, maka yang hidup wajib memandikannya. (Masalah ini akan dibahas insyaallah dalam topik pembahasan “cara memandikan jenazah”).
Cara menunaikan mandi junub :
Karena menunaikan mandi junub itu adalah termasuk ibadah kepada Allah Ta’ala, maka disamping harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata, juga harus pula dilaksanakan dengan cara dituntunkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Dalam hal ini terdapat beberapa riwayat yang memberitakan beberapa cara mandi junub tersebut. Riwayat-riwayat itu adalah sebagai berikut :
1. (tulis hadisnya dalam Sunan Abi Dawud jilid 1 hal. 63 hadits ke 249)
“Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam telah bersabda : Barangsiapa yang meningggalkan bagian tubuh yang harus dialiri air dalam mandi janabat walaupun satu rambut untuk tidak dibasuh dengan air mandi itu, maka akan diperlakukan kepadadanya demikian dan demikian dari api neraka”. HR. Abu Dawud dalam Sunannya hadits ke 249 dan Ibnu Majah dalam Sunannya hadits ke 599. Dan Ibnu Hajar Al Asqalani menshahihkan hadits ini dalam Talkhishul Habir jilid 1 halaman 249.
Dengan demikian kita harus meratakan air ketika mandi janabat ke seluruh tubuh dengan penuh kehati-hatian sehingga dilakukan penyiraman air ketubuh kita itu berkalai-kali dan rata.
2. (tulis haditsnya di Fathul Bari jilid 1 halaman 429 hadits ke 248)
“Dari A’isyah radhiyallahu anha beliau menyatakan : Kebiasaannya Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam apabila mandi junub, beliau memulai dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian beliau berwudhu’ seperti wudhu’ beliau untuk shalat, kemudian beliau memasukkan jari jemari beliau kedalam air, sehingga beliau menyilang-nyilang dengan jari jemari itu rambut beliau, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh tubuh beliau”. HR. Al Bukhari dalam Shahihnya hadits nomer 248 (Fathul Bari) dan Muslim dalam Shahihnya hadits ke 316. Dalam riwayat Muslim ada tambahan lafadl berbunyi demikian : “Kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh tubuhnya, kemudian mencuci kedua telapak kakinya”.
Jadi dalam mandi junubnya Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, beliau memasukkan air ke sela-sela rambut beliau dengan jari-jemari beliau. Ini adalah untuk memastikan ratanya air mandi junub itu sampai ke kulit yang ada di balik rambut yang tumbuh di atasnya. Sehingga air mandi junub itu benar-benar mengalir ke seluruh kulit tubuh.
3. (tulis haditsnya di Shahih Muslim Syarh An Nawawi juz 3 hal 556 hadits ke 317)
“Maimunah Ummul Mu’minin menceritakan : Aku dekatkan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam air mandi beliau untuk janabat. Maka beliau mencuci kedua telapak tangan beliau dua kali atau tiga kali, kemudian beliau memasukkan kedua tangan beliau ke dalam bejana air itu, kemudian beliau mengambil air dari padanya dengan kedua telapak tangan itu untuk kemaluannya dan beliau mencucinya dengan telapak tangan kiri beliau, kemudian setelah itu beliau memukulkan telapak tangan beliau yang kiri itu ke lantai dan menggosoknya dengan lantai itu dengan sekeras-kerasnya. Kemudian setelah itu beliau berwudlu’ dengan cara wudlu’ yang dilakukan untuk shalat. Setelah itu beliau menuangkan air ke atas kepalanya tiga kali tuangan dengan sepenuh telapak tangannya. Kemudian beliau membasuh seluruh bagian tubuhnya. Kemudian beliau bergeser dari tempatnya sehingga beliau mencuci kedua telapak kakinya, kemudian aku bawakan kepada beliau kain handuk, namun beliau menolaknya”. HR. Muslim dalam Shahihnya hadits ke 317 dari Ibnu Abbas.
Dari hadits ini, menunjukkan bahwa setelah membasuh kedua telapak tangan sebagai permulaan amalan mandi junub, maka membasuh kemaluan sampai bersih dengan telapak tangan sebelah kiri dan setelah itu telapak tangan kiri itu digosokkan ke lantai dan baru mulai berwudhu’. Juga dalam riwayat ini ditunjukkan bahwa setelah mandi junub itu, sunnahnya tidak mengeringkan badan dengan kain handuk.
4. (tulis haditsnya di Fathul Bari jilid 1 halaman 372 hadits ke 260)
“Dari Maimun (istri Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam), beliau memberitakan bahwa Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam ketika mandi janabat, beliau mencuci kemaluannya dengan tangannya, kemudian tangannya itu digosokkan ke tembok, kemudian setelah itu beliau mencuci tangannya itu, kemudian beliau berwudlu’ seperti cara wudlu’ beliau untuk shalat. Maka ketika beliau telah selesai dari mandinya, beliau membasuk kedua telapak kakinya”. HR. Bukhari dalam Shahihnya, hadits ke 260.
Dari hadits ini, menunjukkan bahwa menggosokkan telapak tangan kiri setelah mencuci kemaluan dengannya, bisa juga menggosokkannya ke tembok dan tidak harus ke lantai. Juga dalam hadits ini diterangkan bahwa setelah menggosokkan tangan ke tembok itu, tangan tersebut dicuci, baru kemudian berwudlu’.
Penutup Dan Kesimpulan :
Dari berbagai riwayat tersebut di atas kita dapat simpulkan, bahwa cara mandi junub itu adalah sebagai berikut :
1. Mandi junub harus diniatkan ikhlas semata karena Allah Ta’ala dalam rangka menta’atiNya dan beribadah kepadaNya semata.
2. Dalam mandi junub, harus dipastikan bahwa air telah mengenai seluruh tubuh sampaipun kulit yang ada di balik rambut yang tumbuh di manapun di seluruh tubuh kita. Karena itu siraman air itu harus pula dibantu dingan jari jemari tangan yang mengantarkan air itu ke bagian tubuh yang paling tersembunyi sekalipun.
3. Mandi junub dimulai dengan membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan, masing-masing tiga kali dan cara membasuhnya dengan mengguyur kedua telapak tangan itu dengan air yang diambil dengan gayung. Dan bukannya dengan mencelupkan kedua telapak tangan itu ke bak air.
4. Setelah itu mengambil air dengan telapak tangan untuk mencuci kemaluan dengan telapak tangan kiri sehingga bersih.
5. Kemudian telapak tangan kiri itu digosokkan ke lantai atau ke tembok sebanyak tiga kali. Dan setelah itu dibasuh dengan air.
6. Setelah itu berwudlu’ sebagaimana cara berwudlu’ untuk shalat.
7. Kemudian mengguyurkan air dari kepala ke seluruh tubuh dan menyilang-nyilangkan air dengan jari tangan ke sela-sela rambut kepala dan rambut jenggot dan kumis serta rambut mana saja di tubuh kita sehingga air itu rata mengenai seluruh tubuh.
8. Kemudian bila diyakini bahwa air telah mengenai seluruh tubuh, maka mandi itu diakhiri dengan membasuh kedua telapak kaki sampai mata kaki.
9. Disunnahkan untuk tidak mengeringkan badan dengan kain handuk atau kain apa saja untuk mengeringkan badan itu.
10. Disunnahkan untuk melaksanakan mandi junub itu dengan tertib seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam.
Demikianlah cara mandi junub yang benar sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dan juga telah dicontohkan oleh beliau. Semoga dengan kita menunaikan ilmu ini, amalan ibadah shalat kita akan diterima oleh Allah Ta’aala karena kita telah suci dari junub atau hadats besar. Amin Ya Mujibas sa’ilin.1. Tentang pengertian orang yang mukalaf , artinya orang yang telah baligh dari sisi usianya dan telah mumayyiz dari sisi kemampuan berfikirnya. Mumayyiz itu sendiri artinya ialah kemampuan membedakan mana yang bermanfaat baginya dan mana pula yang bermudarat.
2. Tentang pengertian hadatas besar , telah diterangkan dalam Salafi ed. 1 th. V hal. ?
3. Ar Raudhatun Nadiyah, Al Allamah Shiddiq Hasan Khan, hal. 35.
4. Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab, Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi, jilid 2 hal. 153, Darul Fiker Beirut Libanon, cet. Th. 1417 H / 1996 M.
Disalin dari: http://alghuroba.org/junub.php
Ditulis dalam Ibadah. Kaitkata: , , , .
Lanjut Bacanya - Cara Mandi Junub Yang Benar

Senin, 11 Juli 2011

Sholat Jenazah

Shalat Jenazah merupakan shalat yang tidak perlu ruku’ dan sujud. Yang kita lakukan hanyalah berdiri, takbir sebanyak empat kali dengan diselingi bacaan dan doa tertentu lalu salam.
Rukun Shalat Jenazah
Shalat jenazah itu terdiri dari 8 rukun.
1. Niat
Shalat jenazah sebagaimana shalat dan ibadah lainnya tidak dianggap sah kalau tidak diniatkan. Dan niatnya adalah untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah : 5).
Rasulullah SAW pun telah bersabda dalam haditsnya yang masyhur :
Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya.” (HR. Muttafaq Alaihi).
Niat itu adanya di dalam hati dan intinya adalah tekad serta menyengaja di dalam hati bahwa kita akan melakukan shalat tertentu saat ini.
2. Berdiri Bila Mampu
Shalat jenazah tidak sah bila dilakukan sambil duduk atau di atas kendaraan (hewan tunggangan) selama seseorang mampu untuk berdiri dan tidak ada uzurnya.
3. Takbir 4 kali
Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan bagaimana bentuk shalat Nabi ketika menyolatkan jenazah.
Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir 4 kali. (HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355)
Najasyi dikabarkan masuk Islam setelah sebelumnya seorang pemeluk nasrani yang taat. Namun begitu mendengar berita kerasulan Muhammad SAW, beliau akhirnya menyatakan diri masuk Islam.
4. Membaca Surat Al-Fatihah
5. Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW
6. Doa Untuk Jenazah
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya. (HR. Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :
Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-baradi.
Ada juga artikel lain yg menuliskan:
Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu.
7. Doa Setelah Takbir Keempat
Misalnya doa yang berbunyi :
Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlana wa lahu
8. Salam
Jadi secara urutannya adalah sebagai berikut :
1. Takbiratul Ihram seperti biasa
**Membaca Al-Fatihah
2. Takbir
** Membaca Shalawat kepada Nabi SAW : Allahumma Shalli ‘Alaa Muhamad?
3. Takbir
** Membaca Doa : Allahummaghfir lahu war-hamhu . . .
4. Takbir
** Membaca Doa : Allahumma Laa Tahrimnaa Ajrahu
5. Mengucap Salam
Wallahu A'lam Bishowab
Lanjut Bacanya - Sholat Jenazah

Sabtu, 09 Juli 2011

Menyambut Bulan Suci Ramadhan

by Ahmad Sutisna

Alhamdulillahiladzi Hadana ila dinil Islam Washalatu Wasalamu 'ala Syaidina Muhammadin Khotibil Umam Wa'ala alihi Washohbihi Wasalam....amaba'd

Alhamdilillah Was Syukurillah, berkat rahmat dan karunia dari Allah Swt, kita masih diberi nikmat panjang umur dan sehat wal 'afiat, sehingga bisa berjumpa lagi dengan bulan yang penuh rahmah, berkah dan maghfirah yaitu bulan seci Ramadhan 1432 H. Ramadhan adalah bulan yang mempunyai rahasia yang sangat istimewa, fadhilahnya begitu besar dan hikmahnya sungguh menakjubkan. Tak ada bulan yang lebih mulia dari bulan ini. Pernah rasulullah bersabda dihadapan para sahabatnya :

Lau ta'lamu ummati maa pi romadhona litamadu an takuuna assanata kullahaa romadhona

Seandainya umatku tahu rahasia bulan ramadhan pastilah umatku menginkan dalam setahun semuanya bulan ramadhan “ (duratun Nasaihin)

Oleh karena itu marilah kita sambut bulan ini dengan wajah gembira dan senyum ceria. Arti gembira disini bukanlah dengan berhura-hura menghamburkan harta, berfoya-foya membuang uang dan ramai-ramai memasang petasan. Dar der door. Tapi mari kita isi dengan amal ibadah yang diridhoi dan diperintah oleh Allah swt. Siangnya puasa, malamnya tarawih, tadarus, tahajud, dan tak lupa sahur dan buka bersama keluarga, nikmat rasanya pas ketika magrib tiba.. tak....tak,,,tak,,,dur,,,dur,,durrr... langsung kita santap, es, rujak, roti, kolak...dll.
Yang paling penting hadirin adalah berpusa di siang harinya. Karena pusa adalah kewajiban bagi setiap muslim. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur'an :

Q.S Al-Baqarah 183

hadirin yang berbahagia
banyak hikmah yang bisa kita ambil dari ibadah puasa ini, diantaranya dulu diungkapkan oleh : Almarhum  KH. Zaenudin MZ dalam salah satu iklannya di RCTI okeee.
Hakikat puasa adalah membentuk insan yang bertaqwa, intinya pengendalian diri agar terhindar dari perbuatan tercela, sekaligus menciptakan kepekaan sosial yang tinggi, masih banyak saudara-saudara kita yang hidup dibawah garis kemiskinan, maka kalau di bulan ini kita diberi keluasan rizki. Disana ada hak-hak anak yatim, pakir miskin, janda-janda tua, dan nini-nini jompo yang kurang mampu.” Iklan ini di sponsori oleh salep kulit 88.

Hadirin Rahimakumillah
Dari ungkapan tadi ada beberapa hikmah puasa, diantaranya sebagai berikut :
Pertama, hikmah pusa adalah membentuk insan yang bertaqwa, agar terhindar dari perbuatan yang tercela. La'alakum Tattaqun. Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum saja, atau menahan dari rasa lapar dan haus saja, tapi juga menahan dari sikap dan sifat tercela, seperti berbohong, berdusta (kazab), mengadu domba, (namimah), iri dengki (hasud), memfitnah, ngomongin kejelekan orang lain (ghibah), dll. Karena sipat-sipat itu akan merobek-robek puasa, puasa akan sia-sia tanpa pahala. Yang didapat hanyalah lapar dan haus. Sebagaimana hadis Nabi :

Berapa banyak orang yang berpuasa , tapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya keculia lapar dan dahaga” (Al Targhib wat Tarhib)

Dengan berpusa, insyaAllah akan menciptakan keamanan dan ketentraman, bahkan dapat mengutrangi terjadinya tindak kriminal dan kejahatan. Coba saja yang suka mencuri, suka ngerumpi, suka ngomongin tetangganya.....akan berpikir dua kali untuk melakukannya, karena takut puasanya sia-sia tanpa pahala.
Kedua, hikmah puasa adalah untuk menciptakan kepekaan sosial yang tinggi, tenggang rasa kepada orang lemah, kasih sayang kepada orang tak punya. Dengan berpuasa orang kaya yang perutnya selalu kenyang diisi makanan lezat dan minuman nikmat, akan merasakan betapa peihnya perut ini dikala lapar dan dahaga, padahal laparnya hanya sebentar, siang saja, tapi kalau orang miskin, anak yatim, anak terlantar, yang sering kelaparan karena kurang makan. Kadang pagi makan,sing tidak, sore kenyang malam lapar. Akhirnya dengan puasa timbulah rasa sosial yang tinggi dari orang kaya, dia beri santunan kepada pakir miskin, sumbangan kepada anak terlantar, shadaqah kepada anak yatim, dsb. Dalam sebuah hadis Rasaulullah mengatakan. “Bahwa orang yang membiarkan, tetangganya, saudaranya, atau keluarganya kelaparan, sementara dia kenyang sendirian, maka orang itu dicap tidak beriman.

Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya kelaparan, sedangkan ia mengetahuinya “ (Mukhtarul Ahadisin Nabawiyah)

Hadirin yang dirahmati Allah
Itulah diantara hikmah puasa di bulan ramadhan, maka marilah kita sebagai umat muslim melaksanakan puasa dengan iklas dan didasari keimanan. Sebab kadangkala ada orang yang berpuasa tetapi tidak ikhlas, ada yang karena ingin dipuji kekasaih tercinta, ingin dipuji oleh sang pujaan hati, ingin disanjungn oleh menantu, ingin dilihat calon mertua. Di depn orang sich gayanya oke baget, badannya lemas, lemah, letoy, letih dan loyo, bibirnya kering sering meludah......eh ketika sendirian di dalam kamar, ada riti dimakan, ada es diminum, ada kolak diembat. Makanya pantas kalau puasa ini adalah ibadah yang paling istimewa dan paling rahasia, sebab hanya Allah yang mengetahuinya dan menbalasnya. Dalam hadis lain dikatakan :

Barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan, karena iman dan ikhlas, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu” (H.R. Bukhari Muslim)

Selain itu juga masih banyak lagi hikmah puasa dan pahala bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan. Tapi karena waktu yang terbatas, mungkin hanya sampai disini ceramah saya kali ini, mudah-mudahan ada manfaatnya, terimakasih dan mohon maaf.
Wallahu Muwafik ILLa akwamittharik
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Lanjut Bacanya - Menyambut Bulan Suci Ramadhan